Magister Ilmu Kedokteran Tropis Hadirkan Narasumber Tentang Edukasi Risiko Perjalanan Terkait Kejadian Keracunan dari Gigitan Binatang Berbisa
Tropmed (22/03/2024). Ular merupakan reptil tak berkaki dengan tubuh yang panjang dan tertutup oleh lapisan kitin yang berbentu sisik. Ada berbagai jenis ular yang tersebar di Indonesia baik berbisa maupun tidak berbisa dengan ciri fisik yang berbeda-beda pula. Bahkan ada beberapa kasus dimana masyarakat awam mengira mereka melihat ular karena memiliki ciri fisik yang sama, padahal hewan tersebut merupakan reptil dengan nama yang berbeda, yaitu kadal. Ular dapat menjadi ancaman bagi manusia sehingga perlu menjadi adanya upaya ekstra untuk mencegah terjadinya ular.
Pada forum Guest Lecture dengan tema Mengenali Risiko Perjalanan Terkait Kejadian Keracunan, Gigitan Binatang Berbisa (Snake Bites)” yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Kedokteran Tropis UGM, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si. Sp.EM. atau kerap disapa dengan dr. Maha mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk mencegah gigitan ular adalah dengan menggunakan kelambu. Kelambu terbukti efektif untuk mencegah kehadiran ular yang berpotensi membahayakan manusia. Seseorang yang terkena gigitan ular akan mengalami pembengkakan pada area sekitar gigitan. Hal tersebut dikarenakan racun pada bisa ular menghambat peredaran darah sehingga menyebabkan penyumbatan aliran darah. Selain itu, apabila luka gigitan tidak segera ditangani dengan baik dapat berakibat fatal seperti infeksi bahkan berujung pada kematian.
Sebagai salah satu tim peneliti gigitan ular dari Kemenkes Republik Indonesia, dr. Maha memaparkan data bahwa sepanjang tahun 2018 hingga 202 kasus gigitan ular yang paling banyak ditemukan dari jenis ular kobra jawa (Naja sputatrix). Bekas gigitan ular ini sangat khas dengan menimbulkan nekrosis, pembengkakan, bersifat kardiotoksin, dan neurotoksin. “Di Indonesia ada dua spesies kobra yakni kobra jawa dan kobra sumatra (Naja sumatrana). Namun belum ada antivenom dari pabrik Thailand dan Australia. Jadi kita harus bikin sendiri,” kata Tri Maharani kata Tri Maharani dalam kuliah umum yang bertajuk “Mengenali Resiko Perjalanan terkait Kejadian Keracunan Gigitan Binatang Berbisa”, Rabu (20/3) Ruang Auditorium Lt. 5 Sekolah Pascasarjana UGM (dikutip dari media Humas UGM).
dr. Maha selaku narasumber juga memberikan edukasi kepada peserta Guest Lecture mengenai bagaimana membedakan gigitan ular berbisa dengan yang tidak berbisa. Umumnya, ular berbisa meninggalkan bekas gigitan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak berbisa. Selain itu, secara fisik ular berbisa memiliki warna yang lebih mencolok sehingga sangat mudah dikenali. Moncong kepala ular berbisa juga terlihat memiliki benjolan di area belakang karena digunakan untuk menyimpan bisa ular. Apabila terkena gigitan ular dengan ciri-ciri seperti diatas, ada baiknya langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Gejala yang ditimbulkan oleh gigitan ular sangat bebahaya bahkan tak jarang sampai merenggut nyama seseorang. Maka dari itu, dr. Maha dan timnya berupaya untuk menyusun dan membuat vaksin untuk menekan dampak yang ditimbulkan dari gigitan ular. Salah satu vaksin yang berhasil dibuat adalah anticholinesterase yang diinjeksikan ke tubuh pasien gigitan ular secara perlahan setiap 5-10 menit setelah kejadian. Setelah itu, vaksin akan diberikan secara rutin secara berulang sselama 2-4 jam kedepan sampai kondisi pasien stabil. dr. Maha mengatakan bahwa “Apabila kita berada di luar daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, kita bisa memberikan pertolongan utama. Ingat jangan menggunakan air panas pada luka bekas gigitan ular karena akan memperparah keadaan”. dr. Maha menghimbau apabila kita berada di hutan atau tempat yang rentan terjadi gigitan ular, maka dapat mempersiapkan APD (Alat Pelindung Diri) yang baik. Selain itu, kita juga bisa mempersiapkan alat-alat identifikasi ular seperti alat deteksi snake bite atau alat pendeteksi Ular Kobra (ICT-Cobra).
Dengan adanya Guest Lecture ini, diharapkan peserta menjadi paham mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat gigitan ular, khususnya ular berbisa. Walaupun ular menjadi ancaman keselamatan manusia, namun apabila ditangani dan dicegah dengan baik dapat mengurangi risiko yang diakibatkan dari gigitan ular tersebut.
Penulis: Fikri Wahiddinsyah
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!