Kuliah Tamu Prof. Emmanuel Cornillot tentang Parasite Genomic dan Artemisin Resistance di Gedung Tahir FKKMK UGM
Tropmed UGM – Kegiatan rutin Kuliah Tamu kembali dilaksanakan di FK-KMK UGM. Bertempat di Auditorium Gedung Tahir, kuliah tamu ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama pada hari Selasa (15/10) bertema Parasite Genomic. Untuk sesi kedua berlangsung pada hari Jumat (18/10) topiknya Artemisin Resistance.
Pada International Guest Lecture ini dimoderatori oleh dr. Elsa Herdiana, M.Kes, Ph.D. Beliau memperkenalkan Prof Emmanuel kepada peserta. Adapun peserta kuliah umum didominasi mahasiswa S2 dari Ilmu Kedokteran Tropis, Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis, serta mahasiswa dari lingkup FK-KMK UGM yang lainnya. Prof. Emmanuel mulai memaparkan materinya.
Sudah lebih dari 20 tahun semenjak pendekatan genom dimulai dalam mengatasi penyakit tropis yang terabaikan dalam subjek parasit dalam project percontohan sekuens genom. Salah satu output dalam metode pendekatan genom ini adalah terekspresi atau terkarakterisasi suatu gen dalam suatu organisme.
Beberapa metode tersebut adalah NGS method (Next generation Sequence), Sanger method dan ada metode sekuens baru yaitu SMRT (single-molecule real time). Hal yang penting dan yang harus diperhatikan adalah pemilihan marker yang spesifik sesuai tujuan yang diinginkan, baik dalam menentukan intra species atau gen tertentu dalam menentukan variasi gen atau mutasi pada gen tertentu.
Penyakit malaria merupakan salah satu infeksi parasitik pada manusia yang menyebar luas di negara tropis dan menjadi perhatian kesehatan secara global. Pada saat ini pendeketan molekuler atau genom pada penyakit ini sangat diperlukan, karena dalam mengeliminasi penyakit ini terancam dengan munculnya dan penyebaran terapi kombinasi berbasis artemisinin, yang menjadi lini pertama dalam terapi malaria.
Prof. Emmanuel mempresentasikan bahwa munculnya kejadian resisten pertama Plasmodium falcifarum terhadap terapi kombinasi artemisinin terjadi di kamboja. Pada tahun 2016 dilaporkan terjadinya resistensi bitherapies pada daerah perbatasan antara Kamboja dan Thailand data ini menarik, dikarenakan Indonesia masih mempunyai beberapa daerah endemik malaria, dan terapi yang digunakan saat ini adalah derivat artemisinin dengan golongan aminokuinolin.
Beliau juga menjelaskan bahwa adanya mutasi pada 4 allel (C580Y, Y493H, R539T dan I543T) pada domain gen Kelch 13 (PF3D7_1343700) yang terletak di kromosom 13 Plasmodium falcifarum mempunyai hubungan terhadap kejadian resisten ini diketahui lewat pengujian whole-genome sequencing pada isolat di beberapa tempat di kamboja. kejadian mutasi pada gen ini dapat menyebabkan melambatnya waktu bebas parasit (delayed parasite clearance) dibandingkan plasmodium yang tidak mengalami mutasi (wild type). Sekarang ini Kelch 13 menjadi penanda molekuler dalam mendeteksi kasus resistensi Artemisinin.
Mutasi gen pada Plasmodium falcifarium yang terjadi di kamboja mungkin akan menjadi peringatan untuk Indonesia dalam hal penggunaan terapi kombinasi artemisinin, hal ini dikarenakan Indonesia sudah memakai terapi kombinasi artemisinin dalam beberapa tahun belakangan ini. Perlu adanya pengawasan dalam mendeteksi kasus resistensi obat anti malaria di Indonesia.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!